Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ad Code

Kwarcab Pramuka Sibolga Study Banding ke Malaysia


SIBOLGA - Dalam rangka menyahuti kebijakan pemerintah yang akan memasukan gerakan Pramuka ke dalam kurikulum tahun 2013 sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah. Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Kota Sibolga mengirim 6 orang utusan studybanding ke negeri jiran Malaysia.

Keenam utusan Kwarcab Gerakan Pramuka Sibolga tersebut, yakni Roslina SPd selaku Wakil Ketua yang juga Ketua Pusdiklat Kwarcab Gerakan Pramuka Sibolga, Evi Dahliani Nasution SPd MPd selaku Andalan Urusan Keuangan Kwarcab Gerakan Pramuka Sibolga, Megawati SPd selaku pembina gugus depan SD 086441, Netty Fitria Nasution SPd selaku pembina Gudep SMA Negeri 3 Sibolga, Halimatus Sakdiah Siregar SPd selaku Gudep SMP Negeri 3 Sibolga dan Sufriansyah Pasaribu pembina Gudep PTh Darur Rachmad Sibolga.

Utusan studi banding Kwarcab Gerakan Pramuka Sibolga diterima langsung MOHD Zaki Nuruddin selaku Ketua Setiausaha Eksekutif Pengakap Nasional Malaysia atau Sekretaris Jenderal Gerakan Pramuka Nasional Malaysia.

Roslina SPd selaku Wakil Ketua yang juga Ketua Pusdiklat Kwarcab Gerakan Pramuka Sibolga kepada RAKYAT, Selasa (2/4) mengatakan, berdasarkan study banding yang mereka lakukan ke Malaysia ada beberapa perbedaan sebutan, seperti diIndonnesia namanya Pramuka, kalau di Malaysya Pengakap. Dimana Pengakap di Malaysia programnya sudah dimasukkan ke dalam kurikulum, karena pemerintah Malaysia memikirkan, bahwa Pengakap (Pramuka) itu sangat dipentingkan.

“Sedangkan di Indonesia Pramuka masih rencana akan dimasukan ke dalam kurikulum tahun 2013 sebagai salah kegiatan ekstrakulikuler yang wajib di sekolah. Kemudian, di Malaysia seseorang baru boleh memakai baju Pengakao (Pramuka) kalau memang sebagai anggota Pengakap, tetapi kalau di Indonesia Pramuka itu seluruh siswanya dan ada beberapa hari memakai baju Pramuka, yakni setiap hari Jumat dan Sabtu,” katanya.

Lebih lanjut dikatakan, kemudian kalau Pramuka di Malaysia yang sudah masuk ke dalam kurikulum wajib setiap tingkatan mulai dari SD sampai tingkat Mahasiswa, wajib memiliki ijasah Pramuka atau Pengakap.

“Seseorang di Malaysia yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi harus memiliki ijazah Pengakap atau Pramuka sebutan di Indonesia. Kalau tidak memiliki ijazah Pramuka, makatidak boleh melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, jadi disana setiap menamatkan pendidikan, ada dua ijazah yang dimiliki siswanya,” ucap Roslina.

Menurusnya, melihat pendidikan karakter generai muda bangsa yang sudah mulai merosot, mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA. Sudah saatnya kegiatan Pramuka sebagai kegiatan pembentuk karakter anak bangsa dimasukan dalam kurikulum pendidikan pramuka.

“Terobosan pemerintah yang akan memasukan gerakan Pramuka ke dalam kurikulum 2013 sangat baik. Karena dalam Pramuka itu ada kode kehormatan Pramuka yang namanya Satya dan Dharma. Disana diatur semuanya tentang bagaimana karakter-karakter anak bangsa ini supaya baik. Hanya saja kita lihat, apakah pemerintah kita bisa menerapkan pendidikan Pramuka itu ke dalam ekrakulikuler. Tapi kami dari Kwarcab Sibolga sangat menanggapi positif kebijakan pemerintah tersebut, makanya kami diutus dari Kwartir Cabang untuk melihat perbandingan dengan negara jiran kita Malaysia,” jelasnya.

Sementara itu, Evi Dahliani Nasution SPd MPd selaku Andalan Urusan Keuangan Kwarcab Gerakan Pramuka menuturkan pengalaman mereka sepulangnya dari studi banding di Malaysia. Dimana gerakan Pramuka atau sebutannya Pengakap di Malaysiamendapat dukungan yang sangat besar dari para tokoh masyarakat dan pengusaha. Dimana para datuk-datuk atau pengusaha diMalaysia memberikan bantuan dan sangat berhara untuk ikut serta dalam kegiatan Pengakap (Pramuka) itu.

“Beda kalau di Indonesia Walikota atau Bupati otomastis menjadi pembina dalam gerakan Pramuka. Disana kalau dia Walikota atau Bupati, kalau dia tidak mau menjadi Pembina itu tidak masalah. Tetapi sangat besar sekali kesadaran tokoh masyarakat dan pengusaha disana, karena mereka menyadari bahwa Pengakap (Pramuka) itu sudah menjadi sebuah kebutuhan,” ujarnya.

Oleh karenya, Evi Dahliani Nasution berharap terhadap tokoh-tokoh masyarakat agar mengambil hal-hal positif yang mereka lihat dari negeri jiran Malaysia, yaitu menjadikan gerakan Pramuka menjadi sebuah kebutuhan.

“Karena memang Pramuka itu sangat tepat untuk membina karakter anak bangsa untuk menjadikan mereka mempunyai karakter yang baik. Itu sudah dibuktikan negara tetangga kita, yaitu memasukkannya Pengakap (Pramuka) tersebut ke dalam kurikulumdi sekolah,” ketusnya.

Sufriansyah Pasaribu selaku pembina Gudep PTh Darur Rachmad Sibolga didampingi Halimatus Sakdiah Siregar SPd selaku Gudep SMP Negeri 3 Sibolga juga berbagi penglaman mereka selama mengikuti studi banding di Malaysia. Dimana dalam tahap perobahan perilaku anak, misalkan walaupun dia anak pengusaha terkaya di Malaysia, itu targetnya dapat hidup mandiri melalui kegiatan Pengakap (Pramuka).

“Dengan dijadikannya kegiatan Pramuka atau Pengakap di Malaysia sebagai suatu kebutuhan sangat berdampak positif terhadap perilaku generasi muda mereka. Baik itu sikap yang disiplin, terhindar dari Narkoba dan pergaulan bebas dan minimal mereka itu bisa merubah sikap. Begitu dia bangun dia melipat seliput ataupun membersihkan kamarnya sendiri, kemudian etika bersopan santun tidak terlalu jauh barangkali. Tetapi untuk perubahan individu minimal di dalam keluarga hingga tidak menjadi beban atau suatu ketika orangtua yang kaya raya ini pergi keluar kota, bisa mengubah karakternya,” tutur mereka berdua.

Menurut mereka, target minimal pengaplikasian kegiatan Pramuka (Pengakap) di Malaysia dapat dilihat langsung pada kehidupan masyarakat mereka yang disiplin dan taat akan peraturan.

“Suatu masyarakat yang disiplin dan taat akan peraturan tentunya harus ditempa mulai sejak dini, jadi hal yang terjadi di negeri jiran Malaysia tentunya merupakan dampak positif dari kegiatan Pramuka (Pengakap) yang sudah menjadi kebutuhan masyarakat disana,” tandasnya. (Petrus)

Posting Komentar

0 Komentar